Pernah tidak, Sobat merasa terasing dari pergaulan? Atau mungkin merasa diri begitu tidak punya nilai di hadapan orang-orang sekitar. Saya kira pernah, dan saya pun pernah, bahkan cukup sering. Saat mengalami kondisi tersebut, rasanya pahit, sedih, merasa tak berharga, rendah diri, dan tak berarti.
Di penghujung kesedihan tersebut, biasanya pikiran kita seakan mendapat bisikan segar. Setelah kenyang meratapi kesedihan, dan puas merasakan momen merana tadi. Barulah muncul pikiran positif, yaitu niat kuat untuk membuat diri lebih berarti. Sebagai gambaran, saya lukiskan contoh masalah yang biasa dialami.
Biasanya setelah lulus SMA, kita mengaharapkan bisa kuliah di Universitas terbaik ataupun Kampus
paling oke lah pokoknya. Tapi yang ada malah terdampar di kampus yang tidak sesuai harapan, dengan bidang ilmu yang tidak sesuai minat pula. Tadinya ingin menjadi arsitek atau astronom hebat lulusan Universitas ter-keren dalam kancah pendidikan. Bahkan kalau bisa kuliah dan menjadi lulusan luar negeri.
Tapi yang terjadi justru sangat jauh di luar harapan. Mengalami masalah ini, banyak pelajar yang stress, merasa tak berguna, gagal, dan sebaginya. Bahkan ada teman saya orang Garut yang tak nafsu makan, penglihatan kabur, dan seperti orang sakit lumpuh selama setahun gara-gara tak lulus menjadi Polwan. Dia akhirnya kuliah di jurusan PGSD, universitas yang sama sekali belum ada di Google. Hehe... saking tak dikenal.
Tapi setelah berperoses di tempat yang tadinya tidak kita harapkan itu, akhirnya kita menyadari bahwa menjadi manusia sejati dan memperoleh kepuasan hidup yang paling utama adalah saat kita memberikan manfaat untuk orang lain. Dengan kegagalan yang pernah dialami, dengan kesedihan panjang yang telah dijalani, karena tidak lulus masuk universitas favorit kita, justru membuat kita menyadari kepuasan hidup yang sesungguhnya.
Jika saja kita berhasil sesuai yang kita inginkan, mungkin saja kita masih saja mengejar eksistensi nama, popularitas, kecerdasan yang lupa diri untuk berbagi, dan sebaginya yang sifatnya kenikmatan semu. Sebaliknya dengan kegagalan, memang kita mengalami sakitnya kekecewaan, dan kesedihan panjang. Tetapi ada ujungnya, yaitu pelabuhan diri pada kesadaran dan menyadarkan jiwa kemanusiaan kita. Bahwa arti hidup ini adalah berbagi dan memberi.
Kenapa Berbagi dan Memberi?
Kasus tidak lulus masuk Kampus favorit, hanya contoh saja. Banyak persoalan lain yang memang meyakitkan dan membuat kita sedih dalam waktu lama. Namun di ujung kesedihan itu tumbuh pikiran positif, jiwa kemanusiaan kita yang berbicara.
Kenapa arti hidup ini berbagi dan memberi? Karena yang menyebabkan kita sedih dan patah hati adalah bila kita banyak berharap pada orang lain. Berharap dan meminta. Berharap diberi materi, berharap perhatian, berharap bantuan, berharap dicintai. Memang, diberi, diperhatikan, dan dicintai itu juga penting dan akan membuat kita bahagia. Bukankah layaknya hubungan dan pergaulan manusia itu saling mengisi satu sama lain.
Namun, di mana letak diri kita bila hanya meminta, berharap dan lebih banyak berharap. Kita akan dirindukan saat banyak memberikan waktu mendengarkan keluh kesah orang di sekitar kita. Kita akan dinanti-nantikan bila selalu menolong sesama. Kita akan dihargai bila sering memberi, baik materi, tenaga, pikiran, ataupun perasaan kepada orang lain. Kita akan dicintai bila ikhlas memberikan kasih sayang kepada siapa saja.
Bukankah semua itu menyenangkan, Sobat? Dengan terbiasa menjadi orang yang berarti, maka kebahagiaan orang lain menjadi kebahagiaan diri kita sendiri. Duka orang lain, menjadi duka hati kita sendiri.
Arti hidup ini, jika dilukiskan, maka yang cocok adalah pertanyaan: “Berapa banyak orang yang akan menangisi kita saat nama sudah tertulis di batu nisan?”. Ribuankah? Ratusankah? Puluhankah? Atau hanya bisa di hitung jari? Atau bahkan tidak ada sama sekali? Atau justru orang di sekeliling kita senang dengan kepergian kita?.
Yang menentukan semua itu adalah apa yang kita lakukan, dan apa yang biasa kita lakukan. Kemarin, saat ini, dan nanti sebelum maut menjemput.
Bila ada tambahan, anda boleh komentari tulisan ini.
Salam Damai.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar